Hidup bukan berarti bergerak,
melihat, berbicara ataupun mencintai. Dalam dasarnya manusia hidup selalu
mementingkan dirinya sendiri atau yang dinamakan egoisme. Saat semua yang kita
lihat berubah maka kita pasti berpikir, “apakah hidup ini adil” ? Atau yang
sering kita keluhkan “adilkah hidup ini untukku” ? Banyak orang berkata hidup
itu bagaikan roda, dimana kadang di atas tapi kadang dibawah. Saat diatas kita
akan lupa dengan kedaan sekeliling karena kita dihadapkan pada situasi yang
selalu diinginkan, atau terpenuhinya rasa dalam hati, tapi saat di bawah
ingatkah akan yang di atas? Pasti jelas ingat. Karena saat dibawah manusia akan
selalu berusaha untuk menjadi ke atas. Semua upaya akan dilakukan, tapi apakah
semua berhasil? Jika kehidupan ini di ibaratkan dengan ban, saat ban berputar
maka kadang satu titik diatas dan titik yang lain dibawah. Ketika ban pecah,
maka berusahalah kita untuk menempelnya supaya bisa digunakan lagi, tapi jika
dikondisikan kita berada pada ban pecah tersebut dan bannya tidak bisa ditempel
maka titik (kita) tidak akan bisa lagi kembali ke posisi atas. Hidup ini sangat
sederhana tapi tidak sesederhana dalam pikiran kita. Dalam lingkungan sosial
kehidupan perkotaan akan berbanding terbalik dengan kehidupan pedesaan, mungkin
tidak pernah terlintas dalam pikiran kita. Sebagai contoh kecil, saat ada
maling yang hanya mencuri ayam, di kehidupan kota maling ini akan di hajar
habis-habisan oleh massa yang tidak tahu akan bagaimana nasib maling tersebut,
jika maling mati apakah massa dapat bertanggung jawab? Jawabannya pasti
“tidak”. Apakah seekor ayam sebanding dengan nyawa manusia? Jelas jawabannya
tidak, tapi jika di buat 1 nyawa ayam = 1 nyawa manusia, mungkin bisa
sebanding. Manusia manapun tidak akan mau menukar nyawanya dengan 1 nyawa ayam,
dengan 1000 nyawa ayam sekalipun belum tentu mau. Sedangkan di pedesaan, maling
tersebut akan di musyawarahkan untuk mendapat hukuman sehingga tidak terjadi
pertumpahan darah. Dalam hidup ini, tidak pernah kita sadari bahwa kita
sebernarnya hidup bukan untuk diri kita melainkan untuk orang-orang sekitar
yang kita cintai dan sayangi. Seperti halnya para koruptor, mereka melakukannya
bukan untuk diri mereka tetapi untuk keluarga mereka agar bisa hidup mewah
tanpa kekurangan apapun, contoh lain seperti buruh, mereka bekerja keras dengan
hasil yang pas-pasan bukan untuk diri mereka tapi untuk anak dan istrinya.
Rabu, 13 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar